Kamis, 27 Maret 2014

kenangan

MENGENANG. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Ya, aku masih saja ingat dimana cinta pertamaku berasal, dari sebuah TK swasta.
“Hei, sini aku bantuin ya…” begitulah bibir merahnya berkata. Saat itu hari pertamaku masuk sekolah, aku berlari mengejar teman-teman yang mengajakku bermain di hari itu. Tiba-tiba saja saat aku berlari “duukk..” terdengar suara yang membuatku menangis, aku terjatuh karena kaki-ku tersangkut di saluran penutup got. Suara tangisku terisak-isak sangat kencang, namun tak seorang pun perduli kecuali seorang lelaki yang datang menghampiriku. matanya indah dan senyumnya… maniiis sekali, mungkin aku takkan pernah melupakannya karena sejak itulah bunga di hatiku bermekaran melalui pertemuan awal kisah cinta pertama-ku.
“gak usah.. aku kan udah gede” aku berkata sembari menangis dan mencoba melepaskan kaki ku namun ternyata sungguh sulit untuk mengeluarkannya dari saluran penutup.
“kamu masih kecil ternyata, buktinya Cuma ngeluarin kaki kamu yang kecil aja gak bisa, sini aku bantu” ujar anak lelaki itu sambil sedikit mengomel, tapi suaranya sangat halus dan senyumnya itu yang membuatku berhenti menangis.
Setelah lelaki itu mengeluarkan kaki ku dari saluran got dia berkata, “yuk kita masuk ke kelas, ini kan hari pertama kita masuk sekolah” sambil mengiring ku ke dalam ruang kelas.
Namanya Ilyasa, lelaki pertama yang sudah meluluhkan hatiku di masa kecil. Meski dulu aku belum tahu, namun kini aku baru sadar bahwa dialah cinta pertama ku. Hari-hari kulalui bersamanya diiringin dengan tawa candanya, namun itu semua tak selamanya! perpisahan lah yang mengubah segalanya, ketika kami akan naik tingkatan lebih tinggi ke bangku sekolah dasar kami sudah berjanji akan terus bersama-sama.
“eh, nanti kalau kamu sd, mau masuk kemana?” sahutnya pada jam istirahat saat kami makan bersama.
“hmm… aku mau bareng kamu aja” wajah polos ku berkata padanya.
“oke, kita janji ya harus barengan terus” giginya yang mungil mulai nampak terlihat saat dia tersenyum. Indah sekali masih kubayangkan hingga kini..
Janji itu tak terpenuhi, kenyataannya kami berpisah. Dia meninggalkanku, orangtuanya berkata pada ibuku bahwa mereka akan berpindah ke pulau seberang. Tak terduga tiba-tiba saja air mataku berlinang semakin lama semakin deras.
“Hei, sudahlah jangan menangis, kalau kamu nangis nanti banjir loh” ucapnya, menenangkanku. Namun aku masih saja terus menangis karena tak rela ditinggalkannya beserta semua kenangan awal pertemuan kami yang membawaku ke dalam kebahagiaan ini. “mah, boleh enggak ade meluk dia? Cuma biar dia enggak kangen sama aku” lanjutnya sambil tertawa.
Setelah dia memelukku untuk terakhir kalinya kami bersama, aku menangis di pelukan ibuku. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi karena dahulu aku masih kecil.
Perpisahan itu pun yang membawaku ke dalam angan-angan agar kami suatu saat nanti bisa bertemu kembali, ya suatu saat nanti apabila tuhan mengizinkan kami bersama-sama seperti waktu kita kecil dahulu, hanya kenanganlah yang tersisa dan hanya mengenanglah yang ku bisa.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar